Untuk lebih akurat menilai dampak ini, Sea-Intelligence membandingkan hubungan antara jarak pelayaran dan tarif, menggunakan sen per FFE per mil laut sebagai ukuran. Analisis menunjukkan bahwa selama epidemi, tarif per mil laut mencapai level yang abnormal tinggi.
Berdasarkan data historis ini, Sea-Intelligence telah memperkirakan kemungkinan tarif pengiriman spot per FFE saat krisis saat ini berlanjut, dikombinasikan dengan jarak pelayaran baru. Hasilnya menunjukkan bahwa jika tarif per mil laut mencapai level selama epidemi, tarif pengiriman spot dari Shanghai ke Rotterdam mungkin mencapai US$18,900/FFE, tarif pengiriman dari Shanghai ke Genoa mungkin mencapai US$21,600/FFE, dan tarif pengiriman kembali dari Rotterdam ke Shanghai mungkin mencapai US$2,200/FFE.
Alan Murphy, CEO Sea-Intelligence, mengatakan bahwa ini tidak berarti bahwa tarif pengiriman tidak akan naik lagi, namun jika tarif per mil laut tetap sama seperti selama epidemi, maka tarif pengiriman spot mungkin mencapai level di atas. Ramalan ini tanpa keraguan merupakan tantangan berat bagi para pengirim.
Lars Barstad, CEO perusahaan pengiriman Frontline, mengatakan pada hari Rabu bahwa meskipun gencatan senjata dalam konflik Israel-Palestina mungkin mengakhiri ancaman serangan terhadap kapal oleh pasukan bersenjata Houthi di Yaman, perusahaan pengiriman tidak mungkin segera melanjutkan rute di Laut Merah. Dia menekankan bahwa tidak ada bukti konklusif bahwa pasukan bersenjata Houthi di Yaman akan menghentikan serangan mereka setelah gencatan senjata dalam konflik, sehingga tidak realistis mengharapkan perusahaan pengiriman untuk dengan cepat melintasi Laut Merah atau Teluk Aden.
Sejak November tahun lalu, pasukan bersenjata Houthi di Yaman telah memaksa perusahaan pengiriman untuk memilih melewati Tanjung Harapan di Afrika, yang tidak hanya secara signifikan meningkatkan biaya pengiriman, tetapi juga mendorong naiknya harga saham perusahaan pengiriman. Meskipun, setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza pada hari Senin, harga saham perusahaan besar di industri pengiriman kontainer telah turun, di antaranya harga saham Maersk dan Hapag-Lloyd turun 6% sejak Senin.
Para ahli industri pengiriman memperingatkan tentang prospek tarif pengiriman spot di konferensi TOC Europe 2024 pekan ini. Tarif pengiriman spot diperkirakan akan terus meningkat karena lonjakan permintaan yang disebabkan oleh krisis Laut Merah, kemacetan di pelabuhan, dan ancaman perang tarif, kata Peter Sand, analis utama di Xeneta. Meskipun kekhawatiran tentang lonjakan permintaan mirip pandemi mungkin mendorong pengirim untuk bertindak lebih awal, kenaikan tarif pengiriman yang diharapkan pada pertengahan Juni mungkin relatif kecil, namun tetap merupakan tantangan besar bagi para pengirim.
Di sisi lain, Lars Jensen, CEO Vespucci Maritime, mengatakan bahwa perdagangan kontainer telah kembali ke level pandemi. Saat ini, ada kemacetan parah di pelabuhan Singapura dan Mediterania Barat, mirip dengan periode pandemi. Lonjakan biaya sewa kapal menunjukkan bahwa operator dan pemilik kapal mengharapkan masalah ini akan terus berlanjut. Operator independen telah mulai mengoperasikan kapal kecil untuk menyediakan kapasitas tambahan karena kenaikan tarif pengiriman. Mengenai krisis Laut Merah, Jensen percaya bahwa durasinya tidak pasti, tetapi jika permintaan terus kuat, tarif mungkin melebihi level pandemi.
Sementara itu, pasar pengiriman terus menunjukkan tren naik. Maersk mengeluarkan pengumuman, mengumumkan peningkatan tarif FAK di rute Asia-Eropa, hingga US$9,400/FEU. Penyesuaian ini resmi berlaku mulai 1 Juli. Pasar secara umum mengharapkan bahwa perusahaan pengiriman terkemuka lainnya akan mengikuti dan mengambil langkah penyesuaian tarif serupa. Kita akan menunggu dan melihat perkembangan lebih lanjut dari tren ini.
