Peta Amalgamasi Ming Besar: Sekilas tentang Kuno Kartografi Tiongkok
Peta Amalgamasi Ming Besar adalah peta dunia yang dibuat di Tiongkok. Peta ini dilukis dengan warna pada sutra kaku berukuran 386.456 cm. Teks aslinya ditulis dalam bahasa Tionghoa klasik, tetapi label Manchu kemudian ditambahkan di atasnya.
Ini adalah salah satu peta dunia tertua yang masih ada dari Asia Timur. Tanggal pembuatannya sekitar tahun 1389. Peta ini menggambarkan bentuk umum Dunia Lama, menempatkan Tiongkok di tengah dan membentang ke utara hingga Mongolia, ke selatan hingga Jawa, ke timur hingga Jepang tengah, dan ke barat hingga Afrika dan Eropa.
Jian Zhen: Mercusuar Difusi Budaya ke Jepang
Jian Zhen adalah seorang master terkenal dalam agama Buddha pada Dinasti Tang. Pelayarannya ke Jepang dianggap sebagai peristiwa besar dalam sejarah agama Buddha dunia.
Jian Zhen menjadi biksu ketika berusia empat belas tahun. Dia sangat berprestasi dalam bidang agama Buddha, musik, arsitektur, patung, lukisan, kedokteran, dan kaligrafi, dll. Pada tahun 742, atas undangan biksu Jepang, dia berlayar ke Jepang dengan tujuan menyebarkan agama Buddha. Sejak tahun 743, dia telah melakukan lima kali percobaan berlayar ke Jepang.
Namun, karena kesulitan perjalanan, dia tidak berhasil, dan yang lebih buruk, dia menderita penyakit dan kehilangan penglihatannya dalam percobaan terakhir. Meskipun mengalami kegagalan, Jian Zhen, yang telah memutuskan untuk mencapai Jepang, akhirnya berhasil pada percobaan keenamnya pada tahun 753. Pada tahun 759, bersama dengan murid-muridnya, Jian Zhen membangun “Kuil Tangzhaoti” di Nara, Jepang, mengikuti gaya arsitektur Dinasti Tang. Kuil ini kemudian menjadi pusat penyebaran agama Buddha. Karena mahir dalam ilmu pengobatan, Jian Zhen menyembuhkan banyak penyakit yang tidak dapat didiagnosis oleh orang Jepang saat mengajarkan pengetahuan medis kepada mereka. Oleh karena itu, ia dihormati oleh orang Jepang sebagai leluhur pengobatan.
Selain itu, baik Jian Zhen maupun murid-muridnya mahir dalam kaligrafi, sehingga mereka membawa karya asli dari kaligrafi terkenal Tiongkok ke Jepang, yang sangat mempromosikan pembentukan seni kaligrafi Jepang. Karyanya sendiri Model Kaligrafi Kitab Suci Buddha juga dihargai sebagai Harta Nasional Jepang. Pelayaran Jian Zhen ke Jepang memberikan pengaruh besar pada budaya Jepang. Teknik untuk industri tahu, katering, dan pembuatan minuman dianggap telah diajarkan oleh Jian Zhen. Untuk kontribusinya yang besar kepada bangsa Jepang, Jian Zhen dihormati oleh orang Jepang sebagai “Santo Buta”, “Pendiri Sekolah Vinaya Jepang”, “Leluhur Pengobatan Jepang”, “Dermawan Budaya Jepang”.
Matteo Ricci: Menjembatani Timur dan Barat
Matteo Ricci (1552—1610 M) lahir di Macerata, Italia. Dia adalah seorang pengkhotbah Jesuit Romawi dan penjelajah yang berkhotbah Katolik di Tiongkok dan juga sarjana barat pertama yang membaca literatur Tiongkok dan mempelajari kitab-kitab kuno Tiongkok.
Matteo Ricci datang ke Tiongkok dan berkhotbah di Tiongkok pada tahun 1582. Dia belajar bahasa Tionghoa pertama kali di Kota Zhaoqing, Provinsi Guangdong. Selain menyebarkan doktrin Katolik, dia juga berkenalan dengan pejabat Tiongkok dan tokoh masyarakat serta mengajarkan ilmu pengetahuan barat tentang astronomi, matematika, dan geografi. Dia mengumpulkan peta Tiongkok dan menggabungkannya dengan peta barat untuk menyusun peta dunia. Dia menyusun Peta Global Tiongkok (Peta Geografis Universal Besar) di Tiongkok untuk pertama kalinya. Dia memperkenalkan geografi barat dan sistem koordinat geografis, yang dapat mengukur lintang dan bujur dalam peta, ke Tiongkok. Dia menerjemahkan Elemen, Panduan Aritmatika dalam Bahasa Umum, Makna Sejati dari Tuhan di Surga, dll. Karyanya tidak hanya memberikan kontribusi besar pada pertukaran antara Tiongkok dan Barat tetapi juga memberikan pengaruh besar pada Jepang dan Semenanjung Korea dalam mempelajari peradaban Barat.
Matteo Ricci dihormati oleh sarjana-birokrat di Tiongkok sebagai “Sarjana Barat”.